KINERJA PASAR TRADISIONAL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA TOKO MODERN DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG)

Abstract

Era pasar bebas yang terjadi saat ini membuat persaingan di dunia bisnis berkembang dengan pesat dalam persaingan yang ketat. Untuk itu dibutuhkan suatu organisasi bisnis yang tangguh dan kompetitif agar mampu bersaing dengan unggul. Tiap aspek yang dijalankan perlu pengukuran agar dapat ditentukan tingkat keberhasilannya. Setiap badan usaha diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Robert S. Kaplan dan David P. Norton mengembangkan suatu alat analisa pengukuran kinerja perusahaan yang mencerminkan keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Alat analisa tersebut dinamakan Balanced Scorecard.Penelitian dengan menggunakan Balanced Scorecard ini dilakukan pada para Pedagang Tradisional di pasar Johar, pasar Peterongan, dan pasar Bulu. Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan sampel 100 pelanggan dan 75 karyawan. Pengambilan sampel dengan menggunakan random acak. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan catatan-catatan kecil dari tiap transaksi tiap harinya. Metode analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan menggunakan kuesioner dan analisa kuantitatif dengan menggunakan Balanced Scorecard yang mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan empat perspektifnya. Adapun keempat perspektif tersebut yaitu; (1) perspektif keuangan dengan ROI dan Operating Profit Margin, (2) perspektif pelanggan diukur dengan pangsa pasar, retensi pelanggan dan kepuasan pelanggan, (3) perspektif proses bisnis internal diukur dari tingkat bisnis internal dan pelayanan purna jual, (4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dari kepuasan karyawan dan retensi karyawan.Hasil pengukuran kinerja Balanced Scorecard pada para pedagang tradisional di pasar Johar, pasar Peterongan dan pasar Bulu dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat variasi pencapaian untuk tiap perspektif. Untuk perspektif keuangan, menggunakan ROI dan OPM menunjukkan kinerja yang belum optimal. Perspektif pelanggan sebelum ada toko modem cukup optimal dalam mempertahankan pelanggannya. Tetapi sesudah ada toko modem mengalami penurunan karena banyak pelanggan yanglari ke toko modern. Sedangkan dari kepuasan pelanggan menunjukkan pelanggan cukup puas terhadap produk yang ditawarkan dan pelayanan jasa yang diberikan. Untuk perspektif proses bisnis internal memiliki kemampun untuk menghasilkan jasa atau pelayanan yang cukup berkualitas berkat adanya fasilitas, teknologi dan SOM yang baik. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan hasil yang cukup baik walaupun dengan tingkat retensi karyawan rendah.Kata kunci: Pasar Tradisionil, Toko Modem dan Balance Score Card