Penafsiran Ayat-ayat Mutasyābihāt dalam Sifat Majī’

Abstract

Sebagai kitab suci yang memiliki kedudukan yang tinggi bagi manusia, mempelajari isi kandungan Al-Qur’an adalah tuntutan bagi umat Islam. Namun, dikarenakan beberapa sisi dalam keindahan rangkaian Al-Qur’an yang mengandung mukjizat, tidak seluruh manusia dapat memahami Al-Qur’an langsung dari teksnya. Lafaz pada sifat Allah seperti majī’ maupun sifat lainnya, sering disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad. Jumhur ulama mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut termasuk ke dalam sifat Mutasyābihāt yang secara makna hakiki hanya diketahui Allah selaku yang memfirmankannya, tanpa perlu menafsirkannya serta menyucikan-Nya dari maknanya secara hakikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan penafsiran ayat-ayat mutasyābihāt menurut Imam ar-Rāzī, Imam az-Zamakhsyarī, dan Imam  aṭ-Ṭabarī serta menjelaskan persamaan dan perbedaan pada penafsiran ketiga imam tersebut dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyābihāt. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka. Hasil dalam penelitian ini terdapat beberapa persamaan dan perbedaan pada penafsiran ketiga mufassir tersebut. Aṭ-Ṭabarī menafsirkan ayat  terkait sifat majī’  pada surah al-Fajr ayat 22, al-Baqarah ayat 210 dan al-An'am ayat 158 dengan datang secara hakiki tanpa menyamakan datang-Nya dengan datangnya makhluk.