Nilai-Nilai Buddhisme Dalam Tradisi Wagean Masyarakat Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia

Abstract

Penelitian ini dilakukan karena ada banyak anak muda yang tidak tahu tentang nilai-nilai dan doa-doa khusus yang terkandung dalam tradisi Wagean. Ada banyak anak muda yang tidak tahu bagaimana tradisi Wagean muncul di Dusun Setoyo. Tujuan penelitian: (1) Untuk menggambarkan pelaksanaan ritual/ tradisi Wagean oleh masyarakat MNSBDI di Dusun Setoyo, (2) untuk mengetahui realisasi nilai-nilai Buddhis dalam tradisi Wagean oleh masyarakat MNSBDI di Dusun Setoyo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif guna mengetahui nilai masing-masing variabel. Penelitian independen untuk mendapatkan ide tentang variabel penelitian. Penggunaan pendekatan studi kasus dilakukan untuk memahami suatu peristiwa atau kesempatan dan hubungan mereka dengan orang- orang yang berada dalam situasi tertentu. Studi kasus ini digunakan peneliti untuk melakukan penelitian tentang nilai-nilai Buddhisme dalam Tradisi Wagean dalam lingkup Vihara Buddha MNSBDI Vimalakirti Setoyo. Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) tradisi Wagean di Dusun Setoyo muncul pada tahun 1967 karena perdebatan antara keyakinan Abogen (non-Islam) dan Nasapon (Islam) yang kemudian didirikan oleh tokoh agama Buddha dan penyelenggara masyarakat menjadi kamis wage, (2) Realisasi nilai-nilai Buddhisme dalam tradisi Wagean ditujukan kepada Sutta Angutara Nikaya tentang Kewajiban Anak kepada Orang Tua dan Saddharma Pundarika Sutra dalam BAB Kausalya Sang Tathagata, Umat Buddha merealisasikan dengan merawat makam dan berdoa untuk mendiang.