Makna Tradisi Manisan Masyarakat Umat Buddha di Dusun Legok Desa Mandiraja Wetan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara
Abstract
Tradisi manisan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mandiraja Wetan. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang sebagai bentuk penghormatan pada leluhur yang dilakukan di Makam Keputihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahu alasan mendasar mengapat tradisi manisan masih lestari sampai saat. Selain itu penelitian ini akan menguraikan proses bagaimana tradisi dilaksanakan oleh masyarakat umat Buddha di Desa Mandiraja Wetan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatatif deskriptif. Cara pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Data yang sudah diperoleh peneliti akan dinalisis dan disimpulkan. Hasil dari penelitian ini adalah tradisi manisan dilakukan oleh masyarakat umat Buddha di Desa Mandiraja Wetan karena dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Tradisi dilakukan dengan cara memberikan sesaji yang diberikan di makan keputihan yang dilakukan bersama juri kunci makan kemudian diberi doa dan dibacakan paritta suci. Implikasi tradisi manisan bagi masyrakat umat buddha di Desa Mandiraja Wetan diterimannya kalangan masyarakat dari berbagai golongan muda dan tua. Hal tersebut dikarenakan faktor utama yang paling penting dalam membuktikan suatu ajaran adalah dengan penyelidikan atau investigasi berdasarkan Pandangan Benar (sammaditthi). Menurut Buddha, investigasi kebenaran (dhammawicaya) atau membuka pandangan merupakan dasar bagi pencerahan dan kebahagiaan sejati. Tanpa ada keinginan untuk membuka diri dan berusaha untuk membebaskan pandangan dari ketidaktahuan, seseorang pasti diliputi ketidakbahagiaan.