Tradisi Nyadran Punden Dan Umat Buddha Di Dusun Lamuk, Kabupaten Temanggung

Abstract

Tradisi Nyadran sebagai sebuah kearifan lokal yang turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya, kegiatan tradisi Nyadran Punden merupakan pembersihan makam leluhur dan melaksanakan doa bersama. Nyadran di Dusun Lamuk ini ada sebuah keunikannya tersendiri yaitu dengan adanya pertunjukan merti dusun dan hanya ditujukan untuk makam leluhur Lamuk yang bernama Eyang Coguno. Tradisi Nyadran Punden di Dusun Lamuk sudah dilaksanakan sejak tahun 1977. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana tradisi nyadran bisa bertahan dan apa fungsi dan makna tradisi nyadran Punden di Dusun Lamuk Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui langkah langkah yang ditempuh untuk mempertahankan tradisi nyadran di Dusun Lamuk dan untuk mengetahui fungsi dan makna tradisi nyadran Punden di Dusun Lamuk Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif..Sedangkan teknik yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah terdapat bentuk, fungsi, dan makna dalam tradisi nyadran Punden. Bentuk tradisi nyadran merupakan serangkaian dari prosesi, tradisi, dan ritual. Prosesi tersebut diantaranya bersih-bersih, puja bakti, selamatan, nyadran, dan acara hiburan. Tradisi nyadran mempunyai fungsi bagi masyarakat sebagai fungsi sosial, fungsi religi, fungsi pendidikan, melestarikan kebudayaan, dan berfungsi sebagai hiburan. Selain itu simbol dan makna tersebut bisa didapatkan pada kembang boreh, kembang telon, kemenyan, nasi tumpeng dan jajan pasar. Berdasarkan hasil simpulan terdapat beberapa saran bagi masyarakat supaya tradisi nyadran ini tetap dipertahankan agar tidak dilupakan dan juga tradisi ini bisa untuk melestarikan kebudayaan lokal.