LDII 100 Meter: Eksklusivitas atau Diferensitas Ormas Islam Melalui Representamen Plang Petunjuk Lokasi
Abstract
Artikel ini berfokus pada plang penunjuk lokasi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang kerapkali dijumpai di pinggir jalan-jalan besar di Indonesia. Sejak kemunculannya (dari semula bernama Yakari, Lemkari, hingga LDII) ormas Islam ini kerapkali menuai kontroversi, dari ideologi, perkara ubudiah (peribatan) hingga relasinya dengan ormas-ormas lain. Tak ayal, jamak menganggap LDII sebagai ormas tertutup. Kesan tersebut seolah-olah menemukan penegasan pada plang petunjuk lokasi (LDII 50 Meter/100 Meter dan seterusnya.). Plang yang selalu ditemukan di mulut gang tersebut merupakan bagian dari fenomena penandaan. Dalam penelitian ini plang petunjuk lokasi tersebut dipahami sebagai sistem tanda, bahwa plang LDII menjadi representamen dari pusat dakwah (seperti masjid atau lembaga pendidikan dsb.) LDII sebagai denotatum yang hampir pasti (atau selalu) berada di dalam gang. Sedangkan masyarakat sekitar merupakan interpretan yang otomatis mempersepsi plang LDII tersebut dengan kecenderungan masing-masing yang bersifat ideologis sekaligus politis. Dari paradigma semiosis Peircean, didapatkan kesimpulan bahwa pemilihan lokasi masjid LDII sebagai pusat dakwah mereka (di dalam gang/bukan di pinggir jalan utama) adalah cara ormas Islam tersebut melakukan diferensiasi dengan ormas-ormas Islam yang lain di Indonesia. Ditilik dari dimensi sejarah ormas yang berdiri sejak 1972 tersebut, keberadaan plang LDII seolah-olah menjadi penegas eksklusifisme ormas yang embrionya bermula dari Darul Hadist di Kediri. Jawa Timur.Kata kunci: Keywords: LDII, Ormas, Semiotika, Charles PeirceĀ