KOMUNIKASI DAKWAH WALI KOTA BENGKULU DALAM MEWUJUDKAN KOTA BENGKULU MENJADI KOTA RELIGIUS

Abstract

Perkembangan digital yang kuat telah merubah tatanan kehidupan bermasyarakat. Menyebabkan kelalaian akan pentingnya ajaran Agama Islam. Dampak yang ditimbulkan membuat masyarakat mengalami degradasi pengetahuan akan ajaran Agama Islam dan adat istiadat budaya lokal. Maka tindakan seorang da’I sekaligus pejabat publik dalam berkomunikasi untuk berdakwah kepada masyarakat. Komunikasi seorang pemimpin tentu menjadi penentu untuk membangkitkan semangat masyarakat dalam mewujudkan Madani yang unggul dan berkelanjutan. Helmi Hasan walikota Bengkulu bertugas membangun komunikasi dakwah terhadap masyarakat kota bengkulu untuk mewujudkan kota religius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi dakwah wali kota bengkulu dalam mewujudkan kota religius. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa proses komunikasi dakwah yang dibangun oleh helmi hasan melalui 4 elemen yang dikategorikan menurut model komunikasi Berlo. Pertama, Source yang dijadikan dalam penelitian ini yakni helmi hasan dengan kriteria penilaian mulai dari keterampilan bicara, sikap yang ditampilkan, Pengetahuan yang dikuasai dan sistem sosial yang dibangun. Kedua, pesan yang disampaikan oleh helmi hasan yang kemudian dianalisis melalui beberapa faktor yakni: isi pesan yang disampaikan, elemen yang terkandung dalam pesan dan gestur tubuh yang digunakan.  Ketiga, Channel yang dijadikan penelitian mengambil media sosial helmi hasan yang digunakan dalam berdakwah dan menyampaikan kebijakan yang dilakukan. Keempat, penerima pesan dalam penelitian ini yakni masyarakat kota bengkulu itu sendiri. Kegiatan dakwah yang dilakukan secara kolektif ini, memudahkan Mahyeldi Ansharullah dalam melakukan pendekatan melalui komunikasi interpersonal yang dibangun bersama masyarakat dengan pendekatan secara struktural maupun kultural.