Strategi Dakwah Terhadap Fenomena Fatherless Dalam Rumah Tangga : Studi Terhadap Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Al-Qur’an

Abstract

fokus penelitian artikel ini pada Strategi Dakwah Terhadap Fenomena Fatherless Dalam Rumah Tangga : Studi Terhadap Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Al-Qur’an. Fokus bahasan pada ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan strategi dakwah Nabi Ibrahim terhadap fenomena fatherless perspektif al-Qur'an. Dalam mencari ayat-ayat yang membahas tentang kisah Nabi Ibrahim, penulis mendapatkan informasi, bahwa secara rinci kisahnya berada dalam tafsir dari surah Maryam ayat 41-49. Adapun kitab tafsir yang penulis gunakan, diantaranya: Tafsir al-Qurthubi, At-Thabari, Fathul Qadir, al-Azhar, Al-Munir. Adapun hasil penelitian meliputi 1. Pendapat ulama mengenai Qur’an surah maryam ayat 41-49  membuka kisah antara ayah yang kafir dengan seorang anak yang mukmin yakni Nabi Ibrahim dan ayahnya. Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk berhenti menyembah berhala dan meyakini ajaran Allah SWT. Selain itu, Ibrahim juga khawatir kepada ayahnya yang nanti akan ditimpakan musibah oleh Allah SWT. Dalam segala usahanya menyeru secara lembut dengan panggilan kasih sayang, Ibrahim mendapatkan penolakan keras dari ayahnya, bahkan ayahnya juga mengusirnya dan mengancam akan merajamnya. Kegagalan Ibrahim dalam mengajak ayahnya untuk mengikuti ajarannya tidak membuatnya bertindak kasar, Ibrahim senantiasa melemparkan doa untuk ayahnya. 2) Karakteristik fatherless dari kisah Nabi Ibrahim merupakan kisah yang sebenarnya terjadi kembali di zaman ini. Namun, banyak yang tidak sadar bahwa sikap fatherless ini sudah digaungkan dalam al-Qur’an. Allah mengabadikan kisah ini ke dalam al-Qur’an yang seharusnya dapat dijadikan pelajaran bagi umat Islam. Karakteristik sikap yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim seperti, ayah Nabi Ibrahim tidak mendengarkan pendapat anaknya secara tuntas, dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya tidak terjadi secara baik dan hikmat bahkan menimbulkan perseteruan, Nabi Ibrahim tidak dibimbing dengan kasih sayang atau kelembutan, sebaliknya Ibrahim dimbimbing dengan amarah. Kemudian Nabi Ibrahim juga tidak mendapatkan waktu yang berkualitas dari ayahnya sehingga pendidikan yang di dapat terbatas. Nabi Ibrahim juga merasakan tidak mendapatkan pendidikan yang menanamkan tauhid. Dan terakhir Nabi Ibrahim mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang keras bahkan kasar dari ayahnya.3) Strategi dakwah yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap ayahnya dari dialog Nabi Ibrahim dan ayahnya terlihat betapa hebatnya Ibrahim dalam menghadapi ayahnya. Mulai dari cara Ibrahim yang tetap kokoh dalam spiritualisme, kemudian tetap ber-akhlakul karimah dan birrul walidain. Hal inilah yang mampu Ibrahim lakukan dalam berhadapan dengan ayahnya yang akhirnya tidak mendapatkan hidayah dari Allah. Hemat penulis, strategi ini menjadikan Ibrahim menjadi kepala keluarga yang bijaksana, terlihat dari kedekatan antara dirinya dan anaknya. Maka dapat disimpulkan bahwa peran serta ayah dalam Islam yang dituangkan dalam ayat-ayat Al-quran telah mencapai tingkat yang lebih tinggi.