The Shifting Paradigm in Maqāsidi Discourse: A Case of Modern Islamic Bioethics

Abstract

The advancement of contemporary biomedical issues nowadays has revealed two distinct streams of response in the eyes of Muslim scholars. The traditional view, which is strictly guided by the Qur'an and the tradition, tends to find it difficult to even accept modern biomedical practices because its contradiction with Islamic sources. Meanwhile, the rationalist view tends to be more open and accommodative to modern biomedical practices because it is based on its own rational judgment independently of the revelation. Apart from discussing the existence of the first view (traditionalists) in this modern era, this paper will focus on the second view (rationalists) by discussing how decisions on bioethics are issued. By studying the rationalist views on several modern biomedical issues, such as organ transplantation, In Vitro Fertilization, buying and selling of blood, I argue that the flexibility of maqāsid al-syarīah principles has become a framework to help advancing this field. Herein I highlight the shift in maqāsid paradigm from a theocentric; practicing religion with the aim of 'defending God' in the narrow sense, into an anthropocentric; practicing religion to defend human beings and their rights. Using analytical discourse method, this research argues that the shifting paradigm into anthropocentric has made Sharia merge with human subjectivities influenced by their interests. Hence, modern biomedical issues, which address the interests of protecting human life, take precedence. Although such maqāsid potentially lead to liquid Islamic law, I conclude that the anthropocentric maqāsid paradigm will be more humanist, dynamic, accommodative, and responsive to the demands of human life development. Abstrak: Kemajuan isu-isu biomedis kontemporer saat ini telah memunculkan dua aliran respon yang berbeda di mata para cendekiawan muslim. Pandangan tradisional, yang dengan ketat berpedoman pada Al-Qur’an dan tradisi, cenderung sulit atau bahkan tidak menerima sama sekali praktik-praktik biomedis modern karena bertentangan dengan nash-nash agama. Sementara pandangan rasionalis cenderung lebih terbuka dan akomodatif menerima praktik-praktik biomedis modern karena berpedoman pada penilaian akal sendiri yang terlepas dari wahyu. Terlepas dari mendiskusikan keberadaan pandangan pertama (tradisionalis) di era modern ini, makalah ini akan fokus pada pandangan kedua (rasionalis) dengan mendiskusikan bagaimana putusan-putusan biomedis dikeluarkan. Dengan mengkaji pandangan-pandangan rasionalis terhadap beberapa isu biomedis modern, seperti transplantasi organ, bayi tabung, dan jual beli darah, penulis berargumen bahwa fleksibilitas prinsip-prinsip maqāsid al-syarīah telah menjadi framework dalam pengembangan bidang biomedis ini. Di sini, peneliti menyoroti adanya pergeseran maqasid dari paradigma teosentris; menjalankan agama dengan tujuan ‘membela Tuhan’ dalam pengertian yang sempit, ke paradigma antroposentris; menjalankan agama untuk membela manusia dan hak-haknya. Dengan menggunakan metode analisis wacana, penelitian ini berargumen bahwa pergeseran paradigma maqasid menuju antroposentris telah menjadikan syari’ah menyatu dengan subjektivitas manusia yang dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan. Karenanya, isu-isu biomedis modern, yang menjawab kepentingan menjaga jiwa manusia, adalah diutamakan. Terakhir, meskipun maqasid seperti ini berpotensi mengarah pada liquid Islamic law, peneliti berkesimpulan bahwa paradigma maqasid antroposentris akan lebih humanis, dinamis, akomodatif, dan responsif terhadap tuntutan perkembangan kehidupan manusia.