Setanisme antara New Religious Movement dan New Age
Abstract
Satanism gained popularity, particularly following the establishment of The Satanic Temple, which held an annual Satan Conference (SatanCon) in the last decade. Satanism is not monolithic, there are at least two main currents, non-theistic satanism and theistic satanism. This article aims to explore Satanism and clarify their position in the field of Religious Studies. By using qualitative methods, this study found that Satanism cannot be viewed as a theology. However, as a movement, Satanism can be grouped into two categories. Atheistic Satanism belongs to the New Age, while religious Satanism (theistic) belongs to the New Religious Movement (NRM). The contribution of this discovery can enliven contemporary discussions in the field of Religious Studies, especially the issue of Satanism. Setanisme menjadi populer terutama setelah kemunculan The Satanic Temple yang dalam satu dekade terakhir rutin melakukan Satan Conference (SatanCon) setiap tahun. Setanisme tidak monolitik, setidaknya terdapat dua arus utama, non-theistic satanism dan theistic satanism. Artikel ini bertujuan mengungkap Theistic Satanism sebagai istilah teknis yang menyebabkan kerancuan. Beberapa kerancuan yang dimaksud, berada pada ranah konseptual dan praktis, keduanya akan didiskusikan dalam artikel ini. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Kajian ini menemukan bahwa theistic satanism tidak dapat dipandang sebagai sebuah teologi. Meski demikian, sebagai sebuah gerakan, theistic satanism dapat dikelompokkan dalam New Age dan gerakan filosofis antroposentris. Kajian ini juga menawarkan konsep baru untuk menggantikan theistic satanism yang ambigu. Sumbangan penemuan ini dapat menyemarakkan diskusi kontemporer dalam bidang Religious Studies, terutama isu Setanisme. Keywords: Theology, Satanism, theistic satanism, NRM, New Age