Koagulasi Nilai: Pemikiran Membangun Budaya Mutu Madrasah (Suatu Ikhtiar Epistemologis Memajukan Lembaga Pendidikan Islam)
Abstract
Madrasah sebagai salah satu representasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia seringkali masih dipandang sebagai lembaga pendidikan kelas dua. Menyadari hal itu rupanya madrasah-madrasah pun berbenah dan telah menunjukkan hasilnya pada dasawarsa terakhir ini. Ada Madrasah Aliyah Insan Cendekia Serpong, MBI Amanatul Ummah Mojokerto, MAN 2 Malang, Lembaga Qoryah Toyyibah Salatiga, MIN 1 Malang, lembaga pendidikan Al-Azhar dan masih banyak lagi madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, maupun Aliyah yang mampu eksis hingga berprestasi mengungguli lembaga pendidikan kelas satu di berbagai even tingkat nasional bahkan internasional. Ini sungguh menggembirakan, kendati upaya memajukan lembaga masih terlihat parsial namun dari situ ada harapan besar bahwa di masa depan madrasah diyakini akan mampu sejajar bahkan menggeser posisinya menjadi lembaga pendidikan kelas satu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggali budaya mutu terbaik madrasah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa bentuk aktifasi ruhani adalah kunci bagi terjadinya proses ‘Koagulasi Nilai’, dan inilah yang akan mampu menghantarkan terbangunnya budaya mutu paripurna madrasah sebagai induk yang akan melahirkan mutu paripurna madrasah di masa depan. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- As one of Islamic education institution representations, madrasah (Islamic school) is regarded a second-class education institution in Indonesia. Some madrasah had, then, been encouraged to improve and the results was apparent hitherto this decade. The examples included Madrasah Aliyah Insan Cendekia Serpong, MBI Amanatul Ummah Mojokerto, MAN 2 Malang, Lembaga Qoryah Toyyibah Salatiga, MIN 1 Malang, Al-Azhar education institution and many other madrasah from elementary to secondary levels which had achieved better that the first class education institutions at national and international levels. Even though the improvements so far seem to be partial, this positive improvement created a great expectation that in the future madrasah would be able to reach equal position or even become the first-class institution. This research employed descriptive qualitative approach to study the best quality culture in madrasah. This study found that spiritual activation was the key for ‘coagulation of value’ process. Thus, this process could lead to a perfect quality culture of madrasah as the basis for a perfect quality of madrasah in the future.