ANAK SEBAGAI UJIAN DAN MUSUH KAJIAN TAFSIR KONTEKSTUAL

Abstract

Penelitian ini membahas tentang anak sebagai ujian dan musuh kajian tafsir kontekstual. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis makna anak sebagai ujian dan musuh, mengeplorasi penafsiran al-Qur’an tentang anak sebagai ujian dan musuh dan mengetahui relevansi al-Qur’an tentang anak dalam merespon fenomena childfree. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, dengan data primer berupa kitab-kitab tafsir dan al-Qur’an di dukung dengan beberapa data sekunder. Data tersebut menggunakan metode kontekstual. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa makna anak sebaga ujian dan musuh yang berarti cobaan buruk atau cobaan yang menyusahkan seperti bencana dan kelaparan termasuk juga perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan menentang kebenaran, fitnah yang berarti cobaan baik yaitu cobaan melalui kenikmatan dan kesenangan, fitnah yang berarti cobaan secara umum. Artinya, secara umum dijelaskan bahwa dalam kehidupan ini pasti ada ujian baik maupun buruk. Adapun makna musuh musuh merujuk kepada syaitan, lebih khusus lagi bahwa kata aduww atau musuh memiliki dua bentuk kata yaitu jin dan manusia. Adapun Penafsiran al-Qur’an anak sebagai ujian dan musuh peneliti menemukan beberapa ayat di dalam al-Qur’an tentang ujian dan musuh yaitu berjumlah 13, kemudian peneliti mengambil dua ayat yang penafsiran kontekstualnya secara tegas menjaskan Anak sebagai ujian dan musuh dalam al-Qur’an QS. al-Anfal/28 dan QS. at-Taghabun/14 jika diklasifikasikan menurut penafsiran kontekstual, anak sebagai ujian sudah ada pada zaman Rasulullah Saw, yang pada saat itu suatu kaum ahli Mekkah yang masuk Islam. Akan tetapi istri dan anak-anaknya menolak untuk hijrah ke Madinah untuk beribadah kepada Allah Swt. Terkait dengan konteks masa kini, ketika orangtua bekerja membanting tulang tak kenal lelah demi sang anak mencurahkan segenap upaya demi kebahagiaan anak, tetapi melalaikan kewajiban sebagai hamba untuk beribadah kepada Allah Swt. Terkait Relevansi penafsiran al-Qur’an tentang anak dalam merespon fenomena childfree. Peneliti, tidak menyalahkan orang yang melakukan childfree hanya saja dari segi pemikiran, dimana pemikiran tersebut tidak ingin mempunyai anak. Sementara didalam al-Qur’an secara tegas menyebutkan bahwa anak merupakan penyambung keturunan, harapan untuk menjadi sandaran di kala usia lanjut