Dakwah Profetik Emha Ainun Najib Dalam Buku “Kyai Hologram”

Abstract

Dalam tulisan akan mengkaji Dakwah Profetik Emha Ainun Najib Dalam Buku “Kyai Hologram” adapun metode yang digunakan dalam peneltiian ini adalah penelitiian kualitatif deskriptif pendekatannya adalah studi literasi pada buku Emha Ainun Najib yang berjudul “Kyai Hologram kemudian setelah dianalisis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat konsep transendensi, tiga konsep Humanisasi dan 3 konsep liberasi komunikasi profetik yang terdapat dalam buku Kiai Hologram. Semua aspek tersebut mempunyai kesesuain dengan teori komunikasi profetik yang disampaik Kuntowijoyo yang ditulis Iswandi Syaputra. Humanisasi sebagai amarma’ruf, liberasi sebagai nahymungkar dan transendensi sebagai tu’minunabil-Allah. Adapun konsep konsep tersebut sebagai berikut: Konsep humanisasi pesan dakwah Emha Ainun Nadjib dalam buku Kiai Hologram Pertama, konsep “Sungkem”. Pemberian maaf, Kedua, konsep “Persamaan”. Persamaan adalah buah keadilan dari masyarakat yang adil. Ketiga, Konsep “Persaudaraan”. Lalu Konsep liberasi pesan dakwah Emha Ainun Nadjib dalam buku Kiai Hologram Pertama, “Konsep Memerdekakan”. Memerdekakan manusia tidak lain jalannya dengan memberikan pendidikan dan ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu. Kedua, konsep “Mengharap Ridha Allah”. Tujuan utama dari mengharapkan keridhaan Allah tidak lain adalah menghindarkan manusia dari anasir-anasir saitaniah. Ketiga, konsep“Mudik”. Mudik merupakan sebuah latihan melepaskan diri dari sifat materialisme yang merusak kehidupan sosial. Tujuan adanya bersilaturahmi adalah merasakan dan menikmati hidup bermasyarakat secara harmonis, damai, tolong menolong dan kasih sayang. Kemudian Konsep transendensi pesan dakwah Emha Ainun Nadjib dalam buku Kiai Hologram Pertama, konsep “Menyedekahi Kebenaran” yang memuat istilah hablumminallah bagaimana meneruskan kebenaran setelah mendapatkan pengetahuan kebenaran. Kedua,”Rekonfirmasi Tuhan”. Konsep penciptaan manusia menunjukkan adanya proses relasi Tuhan dengan manusia yang tidak bisa dipisahkan, karena pada fase inilah terdapat hubungan Pencipta dengan yang dicipta. Ketiga, “man ‘arafanaf sahufaqad ‘arafa Robbahu” (barang siapa mengenal dirinya maka ia mengnal Tuhannya). Konsep ini yang tidak lain membentuk konsep ittihad, wahdah al-wujud, atauhulul. Keempat, konsep “Allamalinsana ma lam ya’la’ (Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya). Jalan pertama yang harus terpenuhi pada konsep ini adalah mempunyai ilmu pengetahuan. Karena tugas pertama seorang muslim adalah mengenal Allah dengan ilmu, bukan dogma dan mitologi.