Teo-Antroposentrisme Konsep Martabat Tujuh Ranggawarsita
Abstract
Artikel ini mendiskusikan tentang konsep martabat tujuh Ranggawarsita. Konsep martabat tujuh memang merupakan penjelasan lebih jauh atas konsep martabat lima yang menjadi populer karena mazhab tasawuf Ibn ‘Arabi. Sebagai “pujangga penutup”, Ranggawarsita dalam magnum opus-nya, Serat Wirid Hidayat Jati, memberikan eksplanasi secara lebih bernas dan mendalam tentang konsep martabat tujuh. Sebelumnya, baik konsep martabat lima maupun martabat tujuh hanya membabarkan teosentrisme gradasi wujud secara kosmologis sehingga tampak tak ada relevansi dan implikasi langsungnya pada diri manusia. Korpus baik konsep martabat lima maupun martabat tujuh yang hanya bernada teosentris, dalam konteks ini, mesti diekspansikan dan diekstrapolasikan untuk merambah ke skop antroposentris. Oleh sebab itu, dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, artikel ini membaca secara cermat implikasi konsep martabat tujuh Ranggawarsita yang melangkah lebih jauh ketimbang konsep martabat tujuh yang sebelumnya. Hasil dari pembacaan cermat tersebut adalah bahwa artikel ini menemukan bahwa konsep martabat tujuh Ranggawarsita tidak semata-mata menjelaskan persoalan gradasi wujud secara kosmologis yang cenderung teosentris, yang hanya berkutat pada persoalan level eksistensi ketuhanan semata, melainkan konsepnya dengan jelas menyinggung serta mengaitkannya langsung dengan tataran wujud rohani manusia secara spiritual. Dengan kata lain, konsep martabat tujuh Ranggawarsita dapat disebut teo-antroposentrisme.