Analisis Astronomical Twilight Sebagai Tanda Penentuan Awal Waktu Salat Isya

Abstract

Masyarakat sering menghadapi persoalan dan permasalahan yang berkaitan dengan peribadatan umat Islam, umat Islam juga dituntut untuk malaksanakan kewajiban-kewajiban yang menjadi faktor penting dalam agama Islam terutama kewajiban salat lima waktu yang telah ditentukan waktunya. Matahari merupakan benda langit yang bisa dijadikan acuan untuk menentukan awal waktu salat. Selama ini masyarakat menentukan waktu-waktu salat itu dengan cara melihat bayang-bayang matahari, piringan matahari dan syafaq (twilight). Selama ini masarakat juga hanya melihat keindahan warna langit barat tanpa mengetahui apa saja yang mempengaruhi perbedaan warna langit pada setiap harinya. Dalam hal ini penulis ingin meneliti astronomical twilight, karena penulis sendiri sangat tertarik dan penasaran dengan langit senja astronomical twilight. Untuk mengetahui pengaruh warna dan keakurasian astronomical twilight, tujuan penelitian ini adalah  untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi astronomical twilight dalam menentukan awal waktu salat Isya, untuk mengetahui bagaimana keakuratan astronomical twilight dalam menentukan awal waktu salat Isya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan astronomi, data primer yang digunakan berupa hasil dokumentasi foto langit barat pada tanggal 18, 20, 21, 22 dan 23 Mei 2022 dan hasil wawancara kepala BMKG Lhokseumawe. Data yang dikumpulkan lalu dianalisis dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan warna setiap harinya sangat dipengaruhi oleh suhu udara, di Lhokseumawe langit sudah benar-benar gelap (astronomical twilight) rata-rata pada pukul 19:33. Sedangkan keakurasiannya di Lhokseumawe astronomical twilight pada tanggal 18, 20, 21, 22, dan 23 Mei 2022 belum bisa dijadikan sebagai patokan awal waktu salat Isya.