NUSHŪZ DAN PENYELESAIANNYA DALAM TAFSIR AL-MISBĀḤ: KAJIAN NILAI-NILAI MASLAḤAH DALAM PERSPEKTIF GENDER
Abstract
ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh istilah Nushūz (ketidak harmonisan antara suami-istri) dan cara penyelesaiannya yang difahami secara bias gender dan telah berkembang di Indonesia. Dilakukannnya penelitian ini dalam rangka memberikan pemahaman yang utuh pada masyarakat tentang Nushūz dan penyelesaiannya, sehingga tidak difahami sebagai istilah yang tidak berpihak kepada perempuan karena keras dan menyakitinya. Sebaliknya jangan sampai dianggap berpihak kepada lelaki karena lunak dan ramah terhadapnya. Penelitian ini bersifat kepustakaan murni, sebagai sumber data primernya adalah kitab tafsir al-Misbāḥ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan tafsir-hermeneutis dan teologis-filosofis. Dari penelitian ini diketahui Nushūz juga berlaku bagi suami, ketika suami bersikap angkuh pada istri, meremehkannya, termasuk juga ketika suami tidak ramah terhadap istri dalam percakapan atau bersebadan. Sedangkan nilai-nilai maslahah yang digunakan dalam menyelesaikan Nushūznya istri, al-Misbāḥ masih menggunakan langkah penyelesaian yang bias gender. Bias gendernya terdapat pada diperbolehkannya memukul istri ketika Nushūz. Tetapi catatannya adalah langkah ini hanya dilakukan jika diyakini akan membawa istri yang Nushūz menjadi sadar, juga dalam upaya menjaga keutuhan sebuah rumah tangga. Tetapi jika suami melewati batas dalam memukul istri, al-Misbāḥ membenarkan pemerintah untuk menindaknya berdasarkan hukum yang berlaku.Kata Kunci: Nushūz, penyelesaian Nushūz, Nushūz dan gender.ABSTRACT This research background is based on Nushūz term (the this harmony of marital relationship) and the solution taken from gender bias approach that has been worket out in Indonesia. This research aims at gaving a whole understanding about Nushūz to the society and extending solution towards its problem. Thus, gender bias is further not accepted as a terminology and tigt action of hurting woman, but it is an easy-going and friendly personality of men. This research belongs to pure literature by using primary data teken from al-Misbāḥ tafseer. This research method was analytic descriptive applying hermeunitic interpretation and philosophical theology. The result shows that Nushūz also happens in husband when behaving arrogantly to the wife and underestimating her. This also occurs when husband's attitude is bad when having conversation and sexual intercourse. Meanwhile, al-Misbāḥ still uses gender bias in handling mashlahah value of the Nushūz of wife. Gender bias is appeared in allowing husband to strike his wife when Nushūz happens. Howefer, this action is allowed as long as it would make his wife realize of her mistake and it aims at keeping the domestic unity. On the kontraty, if man hits his wife excessively, al-Misbāḥ agrees to the government authority to take in hand the case based on the applicable law.Keywords. Nushūz, Nushūz's solution, Nushūz and gender.