Analogi dalam Interpretasi Wahdatul Wujud dan Implikasinya dalam Kehidupan

Abstract

Istilah “Wahdatul wujud”, tidak pernah ditemukan dalam tulisan-tulian Ibn ‘Arabi, ia merupakan kesimpulan dari beberapa peneliti berkenaan dengan konsep wujud Tuhan dan alam menurut Ibn ‘Arabi.Wahdatul wujud, menurut sebagian besar Shufi adalah puncak kondis batin yang fanadan syuhud, sehingga yang disadari dan dirasakan hanyalah wujud al-Haqq. Menurut sebagian Ulama wahdatul wujud adalah konsep tauhid di kalangan Shufiyah, sehingga menjadi ajaran aqidah. Dalam memahami kedalaman konsep wahdatul wujud, penulis menggunakan pendekatan analogis. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pemikiran tokoh dengan meneliti kitab Fushuhs al-hikam, dan syarah-syarahnya. Sebagaimana biasa dilakukan oleh para Teolog dalam membuktikan keEsaan Tuhan, lewat entitas yang lainnya (siwallᾱh), Maka Ibn ‘Arabi dalam menjelaskan wujud Al-Haqq pun menggunakan perbandingan hakikat wujud alam (siwallᾱh). Pondasi konsep ini adalah hadis Nabi Saw,”Sesungguhnya Allah menciptakan Adam atas rupa-Nya. Salah satu Interpetasidalam memahami wahdatul wujud, yaitu wujud hakiki Tuhan adalah batin-Nya sedangkan zahir-Nya hanyalah cerminan atau bayangan-Nya yang bukanlah Dzat-Nya akan tetapi wujud makhluk-Nya yang bergantung kepada Allah SWT. Dengan analogiruh dan jasad manusia, dimana hakikat manusia adalah ruhnya sedangkan jasadnya hanyalah bungkus yang berbeda dengan ruh itu sendiri, akan tetapi menjadi satu kesatuan karena sangat dekat, akan tetapi tidak bercampur dan masing-masing memiliki perbedaan yang nyata. Dalam hal ini penulis mencoba mengintegrasikan pemahaman ‘ainiyyah(immanen) dan ghairiyyah dalam memahami wahdatul wujud. Hal ini disebabkan adanya dua pernyataan yang seolah bersebrangan dari Ibn ‘Arabi, antara tanzih(transenden)dan tasybih (imanen) Tuhan.