Tradisi Penulisan Tafsir Al-Qur’an Bahasa Jawa Cacarakan: Studi Atas Kur’an Jawen Muhammadiyah dan Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi

Abstract

The article discusses the writing of Qur’anic commentary in Javanese language or Cacarakan, especially in the Kur’an Jawen Muhammadiyah and Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi. My focus is to explore the writing tradition of Qur’anic commentaries and interpretative context of the books. Considering both were published in 1927 and 1928, this study seeks to explain how the tradition of writing of the Qur’anic commentary in Java, especially in the era of colonialism before the event of Sumpah Pemuda in 1928. In my analysis, Kur’an Jawen Muhamma­diyah and Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi although written  in the same language that is aksara cacarakan, they have different issues. The interpretation about jihad in Kur’an Jawen Muhammadiyah was a response to the Christian missionary activity and the tafsir was raising the issue of harmony among religious people. On the other hand, Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi discusses more about how to make solidarity in Muslim society.Keyword:  cacarakan, Qur’anic commentary, Javanese, Muslim solidarity Artikel ini membahas tentang penulisan tafsir Al-Qur’an bahasa Jawa Cacarakan, utamanya pada Kur’an Jawen Muhammadiyah dan Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi. Fokus saya adalah mengeksplorasi tradisi penulisan dan konteks penafsiran kedua kitab tafsir tersebut. Mengingat keduanya terbit pada tahun 1927 dan 1928, studi ini penting untuk melihat bagaimana geliat penulisan tafsir Al-Qur’an di Jawa, khususnya pada era kolonialisme menjelang diikrarkannya Sumpah Pemuda tahun 1928. Dari pembacaan saya, meski Kur’an Jawen Muhamma­­diyah dan Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi ditulis dengan bahasa yang sama, keduanya memiliki pola penulisan yang berbeda dan menyasar konteks penafsiran yang berbeda pula. Kur’an Jawen Muhammadiyah (1927) secara penulisan berbentuk terjemah tafsiriyah dan merespon massifnya gerakan zending atau kristenisasi oleh pemerintah kolonial, dengan memberi penekanan pada dakwah secara damai untuk mencapai kerukunan antar umat beragama. Sedangkan Tafsir Kur’an Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi (1928) secara penulisan menggunakan pola kitab tafsir sesuai dengan namanya, ia lebih banyak menyinggung perdebatan seputar furu’iyah dan menekankan pada kerukunan internal umat Islam.Kata kunci: cacarakan, tafsir Al-Qur’an, Bahasa Jawa, solidaritas Muslim