Pesantren: the miniature of moderate Islam in Indonesia

Abstract

Since reformation movement was trundled by students and people in Indonesiain 1998, all most thought and social movement domain are influenced bythe reformation, primarily those relate to the religious understanding and itspractice. At the time before reformation the people were in the quo statusdetention, who used to agree with all the uniformity of thought and movement—including in religious practice. However, in line with the reformationmovement, the uniformity have been dissolved, so it encourages the emergenceof various new religious thoughts. These have brought the consequencesof emerging issues of islamic liberalism, funadamentalism, moderatism, ect.in Indonesia. The study of moderate Islam Indonesia have found the momentumto be seeked the roots of the devolopment in Pesantren.Sejak gerakan reformasi digulirkan oleh para mahasiswa dan masyarakat Indonesiapada tahun 1998, seluruh pemikiran dan gerakan sosial telah terpengaruholehnya, khususnya terkait dengan pemahaman dan praktek keberagamaan.Pada saat sebelum reformasi digulirkan, masyarakat Indonesia berada dalamtekanan status quo, di mana mereka sudah terbiasa hidup dalam keseragamandalam pemikiran dan gerakan —termasuk di dalamnya adalah praktekkeberagamaan. Akan tetapi, dengan digulirkannya gerakan reformasi tersebut, keseragaman (uniformitas) telah menjadi pudar, dan hal ini telahmemunnculkan berbagai model pemikiran keagamaan yang baru. Hal ini telahmembawa konsekuensi terhadap munculnya isu-isu tentang liberalisme,fundamentalisme, moderatisme, dan sebagainya di Indonesia. Kajian tentangIslam moderat di Indonesia ini telah menemukan momentumnya, untukdicarikan dasar-dasar pengembangannya di pesantren.