Educational practice: lessons to be learned from madrasah and religious schools in contemporary Southeast Asia

Abstract

This article aims at examining the current portrait of Islamic education inSoutheast Asia. Recently, there have been many studies on the role of madrasahsor religious schools in Islamic education. As Muslim who studies social-anthropology,I would like to approach this issue by examining socio-cultural ofIslamic education in Southeast Asia. Historically, the tradition has been basedon Muslim society at grass root level. The word of madrasah in Southeast Asiahas long history, which called as dayah in Aceh, surau in Minangkabau, pesantrenin Java, pondok in Malaysia, and pho no in Southern Thailand. The role ofmadrasah, then has similarities with the tradition of pesantren, even in someMuslim countries like Indonesia scholars still can differentiate between pesantrenand madrasah. In this study, I examine to philosophical dimension and systemof knowledge reproduction in Islamic education. Finally, I argue thatpesantren or religious school is embedded in Muslim culture.Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan terkini mengenai pendidikanIslam di Asia Tenggara.Sejauh ini, sudah begitu banyak kajian mengenai madrasah atau pendidikan agama di dalam pendidikan Islam. Sebagai seorangMuslim yang menekuni kajian sosial-antropologi, saya ingin mendekati studiini denganmemaparkansosio-kultural pendidikan Islam di Asia Tenggara.Menurut sejarah, tradisi pendidikan tersebut sudah menggejala dalammasyarakat Muslim pada level akarrumput.Istilah madrasah di Asia Tenggarasudah mengalami perkembangan yang amat pesat, di mana kalau di Aceh dikenaldengan istilah dayah, di Minangkabau dikenal dengan istilah surau, sementaradi Jawa digunakan istilah pesantren, di Malaysia memakai istilah pondok, diThailand Selatan digunakan istilah pho no. Peran madrasah, hamper sama dengantradisi pesantren, kendati di beberapa negara, seperti Indonesia, para sarjanamasih membedakan antara pesantren dan madrasah. Dalam kajian ini, dikupastentang dimensi filosofis dan system reproduksi pengetahuan dalam pendidikanIslam. Akhirnya, saya berargumen bahwa pesantren dan pendidikan agamamerupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam budaya Muslim.