FIQH HAJI (Suatu Tinjauan Historis dan Filosofis)

Abstract

Nawacita ibadah haji adalah meraih kemabruran yang salah satu indikatornya adalah terjadinya peningkatan kualitas moral, spiritual,dan sosial dalam diri jemaah setelah kembali ke tanah airnya. Untuk mewujudkan hal itu, selain penguasaan tata cara haji yang baik, tidak kalah pentingnya untuk diwujudkan dalam diri setiap jemaah adalah memahami aspek historis dan nilai filosofis dibalik pensyariatannya. Secara historis,informasi haji didapat dari QS. Ali Imran/3: 97 yang menyatakan Ka’bah sebagai rumah yang diletakkan/ditempatkan Allah di muka bumi untuk manusia. Meski ulama tidak seragam menetapkan awal mula penempatannya, namun diyakini bahwa sebelum diutusnya Adam para malaikat bumi telah beribadah di tempat itu selama 2000 tahun. Kemudian Allah memberi Adam sebuah kemah yang berasal dari surga dan diletakkan di tempat bangunan Ka’bah itu. Sepeninggal Adam, anak-anaknya mulai membangun Ka’bahitu dari tanah dan batu. Akibat banjir bah dan topan di masa Nabi Nuh as., bangunan itu roboh dan tidak diketahui lagi posisinya. Ketika Nabi Ibrahim as. diutus sebagai Rasul, Allah memberi petunjuk kepadanya untuk membawa keluarganya ke sebuah lembah tandus dan kering kemudian mereka tinggal di sana dan diperintahkan untuk membangun Baitullah persis di tempat yang pernah dibanguni oleh anak-anak Adam. Selanjutnya, Allah memerintahkan Ibrahim agar memanggil orang untuk mendatangi tempat itu guna melaksanakan ibadah yang kemudian disebut dengan ibadah haji. Bagi umat Islam, syariat hajiini mulai diberlakukan pada tahun ke-9 Hijriyah.Ditandai dengan turunnya QS. Ali Imran/3: 97. Namun, karena ayat ini turun setelah lewat waktu haji, maka Nabi saw. baru menjalankannya tahun ke-10 Hijriyah.Secara filosofis terdapat 4 rahasia yang terkandung dibalik pelaksanaan ibadah haji. Pertama, haji adalah reuni besar umat Islam sedunia untuk mengingatkan kondisi para Nabi, shiddiqin, para syuhada, dan orang shaleh dari masa ke masa berkumpul di tempat itu untuk mengagungkan syiar-syiar Allah dengan penuh kerendahan diri dan mengharap berbagai kebaikan dan ampunan- Nya. Kedua, Baitullah adalah tempat yang paling berhak untuk didatangi untuk mencari berkah sekaligus sebagai media mendekatkan diri kepadaNya. Ketiga, Ibadah haji adalah ajang penyucian jiwa seorang hamba di tempat yang terus menerus diagungkan oleh orang-orang shaleh dengan berzikir kepada Allah.Keempat, ibadah haji sejatinya adalah ajang evaluasi untuk memilah orang taat dari orang munafiq.