MANAJEMEN STRES DALAM PERSPEKTIF TASAWUF

Abstract

Kemampuan menyesuaikan diri dan mengontrol emosi dalam menyikapi berbagai problema kehidupan menjadikan manusia rentan pada gangguan mental seperti stres, cemas dan gelisah. Kemajuan sains dan teknologi pada masyarakat modern dan munculnya pemahaman the death of god membuat manusia semakin jauh dari transedental keagamaan dan lingkungan sosial sehingga menggangap dirinya adalah real creator. Berlandaskan pada akal sebagai dewa penyelamat bagi dirinya menjadikan dirinya termasuk dalam kategori orang yang mengalami gangguan kesehatan mental (neurose dan pcychose).Ajaran sufistik dalam memberikan solusi adalah dengan konsep takhalli, tahalli dan tajalli menjadi aspirin bagi jiwa manusia. Melalui dzikir dan wirid yang diberikan oleh seorang mursyid arif billah sehingga dzikir tersebut dapat memberi manfaat dan dapat menerangi batinnya, dari qolb yang ghoflah (kondisi hati yang lalai, yaitu tidak mengingat Alloh), intibah  (hati yang telah bangun dari tidurnya atau lalai), yahdoh (hati yang sadar), hudur (hati yang hadir, yaitu hadirnya hati ketika berdzikir), muroqobah (mengawasi, memperhatikan gerak gerik hati, yaitu hati yang sudah mampu memperhatikan siapa yang memperhatikannya), musyahadah(menyaksikan), muwajahah (bertemu), iman taqlid, iman ilmu, iman iyan, iman haq, iman hakekat dan pada puncaknya menjadi manusia sempurna atau insan kamil. Sehingga manusia dapat mengenal hakikat diri seorang hamba yang harus rela dan cinta pada ketentuan dari yang Maha Kuasa.