PELAKSANAAN BADAL HAJI SEBAGAI PROFIT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (The Implementation of The Badal Hajj As Profit In Terms Of Islamic Law)

Authors

  • Rahmadanil Universitas Nahdhatul Ulama Sumatera Barat

DOI:

https://doi.org/10.30762/qawanin.v5i1.3423

Keywords:

Hajj, The Badal hajj, Profit

Abstract

Badal haji merupakan ibadah haji yang dilakukan seorang muslim untuk menggantikan pelaksanaan ibadah haji orang lain. Badal haji identik dengan upah karena ibadah haji yang digantikan itu memerlukan biaya sesuai dengan yang ditetapkan oleh orang yang digantikan (badil). Ketika badil tidak menetapkan berapa biayanya, maka membuka peluang bagi yang menggantikan (mubdil) untuk menetapkan biaya pelaksanaan badal haji tersebut. Sebagian upah ini merupakan suatu profit dari pelaksananaan badal haji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan badal haji sebagai profit ditinjau dari hukum Islam. Penulis menggunakan metode lapangan (field research) dengan mewawancara informan yang pernah melakukan badal haji, yakni mahasiswa Indonesia yang tengah melakukan studi di Mesir dan Arab Saudi, dan muqimin Indonesia yang tinggal di Arab Saudi.Menurut Ulama Hanafi, tidak membolehkan pembayaran upah untuk haji, adzan, mengajar al-Qur’an dan fiqih, serta ibadahibadah sejenisnya, sebab ibadah-ibadah tersebut dikhususkan bagi pelakunya. Sementara itu jumhur fuqaha dan kalangan mutha’akhirin (generasi baru) madzhab Hanafi membolehkan pemberian upah atas haji dan ibadah-ibadah lain. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pelaksanaan badal haji yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir dan Universitas Islam Madinah sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Sedangkan badal haji yang dilakukan oleh muqimin di Mekah ada yang sesuai dengan hukum haji ada juga yang tidak, hal ini dikarenakan banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan selama melakukan badal haji tersebut, karena tujuan utamanya hanya untuk mencari keuntungan/profit/komersial bukan mengutamakan kemabruran dari pelaksanaan badal haji tersebut. Secara hukum Islam, komersialisasi yang dilakukan itu dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syarat dan rukun haji yang berlaku. Namun, komersialisasi yang bersifat ekspoitasi tentu dilarang menurut hukum Islam.

Badal hajj is the hajj that a muslim asked to replace the implementation of another person's hajj. Badal hajj is synonymous with wages because of the hajj, which replaced that require a fee in accordance with that specified by the person who replaced (badil).When badil does not determine how much it costs, then open up opportunities for those who replace (mubdil) to set cost of the implementation of the badal hajj. Some of the wages is kind of profit of badal hajj implementation. This study aims to determine how the implementation of the hajj as a profit terms of Islamic law. The authors used the field (field research) method by interviewing informants who have done badal hajj, namely Indonesian students who are currently studying in Egypt and Saudi Arabia, and Indonesian muqimin who live in Saudi Arabia. According to the Hanafi Scholars, it does not allow the payment of wages for the hajj, the call to prayer, teaching the Qur'an and fiqh, as well as other types of worship, because these services are reserved for the performer. Meanwhile, the majority of the fuqaha and among mutha'akhirin (new generation) Hanafi madhhab allows the granting of wages on the other’s hajj and worship.The results of this study show that the implementation of the hajj
performed by the students of Al-Azhar University of Egypt and the Islamic University of Madinah in accordance with the provisions of Islamic law. While the hajj by the muqimin in Mecca there is that in accordance with the laws of hajj there are not, this is because the number of violations committed during the hajj, because its main purpose is only to seek profit/profit/commercial not prioritize of “mabrur” of hajj implementation. In Islamic law, commercialization, which made it permissible for is not in conflict with the terms and pillars of hajj applicable. However, the commercialization of the nature of the exploitation that is forbidden according to Islamic law.

References

Aidi, Nur. (2010). Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian, Jakarta: Pustaka UPI.

Asqalani, Ahmad bin Ali bin Hajar. (tt). Fathu al-Bari Juzu’ 4. Manshurah: Makatabah al-Iman.

Baghdadi, Hanafi, Abi al-Hasan Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Ja’far al-Quduri al- al-.(1997).

Mukhtashar al-Quduri fi al-Fiqh alHanafi. Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyah. Bani, Muhammad Nashiruddin. al-Silsilah al-Shahihah. I/793.

Bukhari, Imam. (tt). Matn al-Bukhari Bi hasyiah al-Sindi. Vol.I. Beirut: Dar al-Fikr. DEPDIKNAS. (2002).

Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Firdaus. (2007). Urf Sebagai Dalil Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Hassan, A. ( 2002). Soal-jawab Tentang Berbagai masalah. Bandung: Diponegoro.

Jalaludin. ( 2009). Fikih Remaja Bacaan Populer Remaja Muslim. Jakarta: Kalam Mulia.

Jazairi, Abd al-Rahman. ( 1986). Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah Vol.I. Dar al-Fikr. Jumhuriyah al-Arabiyah, Majma’ al-Lughah

al-Arabiyah. ( 2008). al-Mu’jam alWasith. Kairo: Maktabah asySyuruq ad-Dauliyah.

Jum’ah, Ali. ( 2009). Fatawa Baitu alMuslim. Kairo: Dar al-Imam asySyathiby.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. ( 2002). Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia (p. 699). Jakarta: Balai Pustaka.

Maliki, Baghdadi, Abu Muhammad, Abdul Wahab. ( tt). At-talqin fi al-Fiqh al Maliki Juzu’ 1. Riyadh: Maktabah Nazar Musthafa al-Baz.

Manzhur, Ibnu. ( 2011). Lisan alArabialmujallad al-Tsani. Beirut: Dar Shadir.

Marzuki, Peter Mahmud. ( 2009). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Moleong, Lexy J. ( 2000) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mughniyah, Muhammad Jawad. ( 1999). Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera.

Muhammad al-Khathib asy-Syarbaini, Syamsu ad-Din Muhammad. ( tt). Mughni al-Muhtaj Juzu’ 1. Kairo: al-Makbatah At-Taufiqiyyah.

Mundziri, Zakiyuddin Abdul ‘Azhim. ( 2006). Mukhtashar Shahih Muslim. Kairo: Pustaka Aulad al-Syeikh li Turats.

Muqaddisy, Qudamah, Syamsuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Ahmad. ( 1995). Al-Mughni Juzu’ 4. Kairo: Dar al-Hadis.

Muslim, Imam. ( 1988). Shahih muslim. Vol.I. Bairut: Dar al-Fikr.

Musnad, Muhammad bin Abdul Aziz. (2002). Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah Oleh Ulama-Ulama Besar Saudi Arabia, terj.H.AS.

Zamakhsyari. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i.

Nawawi, Syaraf, Muhyi ad-Din abi Zakaria Yahya. ( 2002). Al-Majmu’syarah al-Muhadzab Juzu’ 9. Libanon: Dar al-Kutub Ilmiyah.

Razi, Abdul Qadir. ( 2007). Mukhtar asShihah. Kairo: Dar as-Salam.

Sabiq, Sayyid. ( 2003). Fiqh as-Sunnah Juzu’ 1. Kairo: Muassasah arRisālah.

Shofa, Burhan. ( 2004). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. ( 1984). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. ( 2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Syarbaini, Muhammad al-Khathib Syamsu ad-Din Muhammad. ( tt). Mughni al-Muhtaj Juzu’ 1. Kairo: alMakbatah At-Taufiqiyyah.

Syaukani, Muhammad, Muhammad bin Ali asy- Nailul Authar Juzu’ 5 ( p. 295). Kairo: Dar al-Hadis.

Zainudin Hamidy dkk. (1992). Terjemah Hadits Shahih Bukhari jilid IIV. Jakarta: Widjaya.

Zuhaily, Wahbah. ( 2007). Tafsir al-Munir Juz 3. Suriah: Dar-Alfikr.

____________________ Juz’ 2, Suriah: Dar-Alfikr.

____________________ ( 2010). Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuh juzu’ 3. Syria: Dar al Fikr.

Downloads

Published

2021-01-24

How to Cite

Rahmadanil. (2021). PELAKSANAAN BADAL HAJI SEBAGAI PROFIT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (The Implementation of The Badal Hajj As Profit In Terms Of Islamic Law). Qawãnïn Journal of Economic Syaria Law, 5(1), 101–116. https://doi.org/10.30762/qawanin.v5i1.3423

Issue

Section

Articles