Makna Filosofis Barongsai dalam Agama Konghucu

Authors

  • Ana Ul Islam Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
  • Arif Hidayat Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

DOI:

https://doi.org/10.24090/suarga.v1i1.6626

Keywords:

filosofi, barongsai, konghucu, makna

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan makna filosofis yang terkandung dalam kesenian barongsai dari sudut pandang agama Konghucu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika yang digagas oleh Roland Barthes. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data yaitu dengan cara wawancara kepada salah satu tokoh agama Konghucu, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, singa sebagai hewan dalam penggambaran Barongsai melambangkan keberanian, kekuatan, stabilitas, kepercayaan diri, dan keberuntungan. Bagian tubuh Barongsai diantaranya, (1) hidung singa yang biasanya berwarna hijau merupakan lambang keberuntungan, kemakmuran, dan pengaruh surga, (2) dahi yang diberi ornamen cermin ialah simbol untuk menakuti roh jahat, (3) tanduk di kepala Barongsai menjadi simbol untuk hidup dan regenerasi serta mewakili unsur perempuan, (4) telinga dan ekor  mewakili kebijaksanaan dan keberuntungan, (5) tulang belakang menjadi wujud dari ular merupakan simbol pesona dan kekayaan, (6) dahi dan jenggot berasal dari naga menjadi simbol kekuatan, kepemimpinan serta mewakili unsur laki-laki, (7) bagian terakhir adalah punuk belakang kepala yang berarti simbol umur panjang. Selain itu terdapat lima warna kostum Barongsai yang melambangkan berbagai unsur. Warna-warna ini terdiri dari, (1) kuning yang melambangkan unsur bumi sebagai pusat kehidupan, (2) hitam perlambangan dari unsur air dan merujuk pada arah utara, (3) hijau sebagai lambang dari unsur kayu dan arah timur, (4) merah menjadi lambang dari unsur api serta merunjuk pada arah selatan, (5) terakhir warna putih yaitu menggambarkan unsur logam dan arah barat. Buah, bunga, dan sayur dalam pentas bermakna, (1) jeruk mandarin, sebagai bentuk limpahan rezeki, (2) jeruk bali, bentuk dari perlindungan dan keutuhan keluarga, (3) nanas, simbol kejayaan dan mekarnya rezeki, (4) tebu, lambang dari kemerdekaan, kemakmuran, kesuburan, dan umur panjang, (5) selada, bentuk harapan di tahun baru agar memberikan keberuntungan, (6) biji teratai, simbol banyaknya keturunan, (7) lili putih, melambangkan keharmonisan rumah tangga, (8) daun bawang, simbol dari uang dan kekayaan.

References

Bukalapak. 2019. “Sejarah Asal Usul Barongsai | BukaIlmu”, diakses melalui https://youtu.be/879NxFRtKT4 pada hari Jumat, 17 Juni 2022, pukul 10.25 WIB.
CNN Indonesia. 2018. “Makna Barongsai di Setiap Imlek – Gong Xi Fa Cai 2018 Grafis Immersive CNN Indonesia”, diakses melalui https://youtu.be/bIKtM769RYM pada hari Jumat, 24 Juni 2022, pukul 07.38 WIB.
Kevin Loanda. 2020. “Kelovlog – Arti Warna-Warna Barongsai Berdasarkan Cerita Legenda Sam Kok”, diakses melalui https://youtu.be/zgIXXrTe5oM pada pukul 17.10 WIB.
Kevin Loanda. 2020. “Kelovlog – Makna Buah-Buahan dan Sayuran dalam Permainan Adat Barongsai”, diakses melalui https://youtu.be/ickltku3_iw pada pukul 17.25 WIB.
Ko Ha Hong Lion Dance Troupe. 2019. “Asal Usul dan Sejarah Barongsai”, diakses melalui https://youtu.be/l8ZK9_OlAZc pada hari Jumat, 17 Juni 2022 pukul 10.45 WIB.
Kusumaningtyas, Diah Ayik. 2009. Peran Seni Pertunjukan Barongsai dalam Pengembangan Wisata Budaya di Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta: Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mariam Chairunnisaak, Tri Supadmi, Lindawati. 2017. “Makna Simbolik Busana Barongsai Klub Macan Putih di Vihara Dharma Bakti”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah, Vol. 2, No. 1, Februari 2017.
Qudriyati, Ari. 2008. Barongsai Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Ritual Barongsai Tripusaka Surakarta). Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Ridna. 2015. “Makna Simbolik Seni Pertunjukan Barongsai Dalam Kebudayaan Tionghoa Di Kota Pekanbaru”, Jom FISIP, Vol. 2, No. 1, Februari 2015.
Rifan Aditya. 2021. “Sejarah Barongsai, Sang Pengusir Roh Jahat yang Membawa Keberuntungan”, diakses melalui https://amp.suara.com/news/2021/02/12/144956/sejarah-barongsai-sang-pengusir-roh-jahat-yang-membawa-keberuntungan pada hari Minggu, 19 Juni 2022, pukul 14.50 WIB.
Rohmaniah, Al Fiatur. 2021. “Kajian Semiotika Roland Barthes”, Al Ittishol Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol. 2, No. 2, Juli 2021.
Sudono, Suhartono, GR Lono Lastoro Simatupang. 2013. “Pertunjukan Liong dan Barongsai di Yogyakarta: Redefinisi Identitas Tionghoa”, Jurnal Seni & Budaya Panggung, Vol. 23, No. 2, Juni 2013.
Susantina, Sukatmi. 2000. “Filsafat Seni: Antara Pertanyaan Dan Tantangan (Philosophy of Art: Between Question and Challenge)”, Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, Vol. 1, No. 2, September-Desember 2000.
Ulaen, Jerry S. 2014. “Barongsai: Reka-Cipta Seni Tradisi Etnis Tionghoa di Kota Manado”, Ethics in Higher Education, Vol. 13, No. 23, Februari 2014.
Wawancara dengan JS. Budi Rohadi, S.T. pada tanggal 7-24 Juni 2022, di Purwokerto, Provinsi Jawa Tengah, melalui media sosial WhatsApp.
Yandri Daniel Damaledo. 2022. “Imlek 2022: Sejarah Tarian Barongsai & Maknanya di Tahun Baru Cina”, diakses melalui https://tirto.id/imlek-2022-sejarah-tarian-barongsai-maknanya-di-tahun-baru-cina-dfG7 pada hari Rabu, 22 Juni 2022, pukul 21.12 WIB.

Downloads

Published

2022-07-21

How to Cite

Islam, A. U., & Hidayat, A. (2022). Makna Filosofis Barongsai dalam Agama Konghucu. Jurnal SUARGA: Studi Keberagamaan Dan Keberagaman, 1(1), 17–26. https://doi.org/10.24090/suarga.v1i1.6626