DOI: https://doi.org/10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.39

Authors

Muhammad Chusnul Yakin
Keywords: Iman, Aman, Islam

Keamanan adalah anugrah terbesar dari Allah kepada makhluk, karena hal itu merupakan sumber keseimbangan stabilitas, keamanan dan ketenteraman, bahkan merupakan salah satu tuntutan dasar yang tidak asing bagi seluruh tingkat individu, keluarga, regional dan internasional. Itulah sebabnya tidak ada negara di seluruh dunia yang tidak lepas dari pusat studi keamanan. bahkan, penelitian tentang keamanan di akhirat, sehingga terwujud keamanan dan stabilitas bagi pemiliknya diakhirat. Keamanan bukanlah kata, melainkan tujuan mulia yang hanya bisa dicapai dengan keikhlasan Iman, dan itu adalah prinsip utama dari iman. Tidak ada keamanan dan keselamatan kecuali dengan keimanan. Karena Iman adalah keyakinan dilubuk hati, dan diungkapkan dengan lisan, kemudian amal dengan anggota badan, maka makna inilah yang membuahkan keamanan dan kedamaian bagi pemiliknya, karena ucapan dan tindakannya mengungkapkan keikhlasan hati, sehingga tidak ada tipu muslihat atau kemunafikan. Akan tapi takut akan Allah dan siksa-Nya. Ketika keamanan memiliki hubungan dengan iman, upaya yang dilakukan untuk menggoyahkan pondasinya Sangat kuat hingga menggetarkan sistem keamanan dan menerabas batasan-batasanya, kemudian tersebarnya fitnah yang menguasai manusia kemudian mengatakan bahwa iman adalah sumber kekacauan dan yang berpegang teguh dengannya adalah orang-orang rusak, sehingga tidak ada kejahatan yang terjadi kecuali  sedikit sekali bahwa adalah kejahatan orang-orang beriman maka bergoncanglah keseimbangan hidup sehingga kemulian menjadi dimiliki orang yang tak memiliki iman. dan artikel ini ditulis untuk mengomentari dan mengubah apa yang dikatakan tentang iman, dan telah terbukti bahwa iman adalah akar keamanan dan keamanan.

Abū Dāwūd, Sunan Abi Dāud,Taḥqīq Muḥammad Muhyiddīn Abdul Ḥamīd (Beirut: al-Makatabah al-Aṣriyyah)

Aḥmad bin hanbal, Musnad al-Imām Aḥmad bin Hanbal, taḥqīq shuʿaib al-Arnaud dkk (Beirut: Muʾassasah al-Risālah, 2001), Cet ke-1

Al-Athary Abdullah bin Abdi al-Ḥamid, al-Wajīz fi Aqīdah al-Salaf al-Ṣāleh (KSA: Wizarah al-Syuʾūn al-Islamiyyah wa al-Auqāf wa al-Daʿwah wa al-Irsyād, 1422) Cet ke-1

Al-Bayhaqi, Aḥmad bin Husein, al-Sunan al-Kubra Taḥqīq Muḥammad Abd al-Qādir ‘Ata (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003) Cet. Ke-3

Al-Barbahāry, al-Ḥasan bin ʿAly, Sharh al-Sunnah (ttp, tth) juz ke-1, 113

Al-Baṣri abu ʿurwah, al-jamiʿ, taḥqīq habīb al-raḥmān al-aʿdhamiy (Beirut: al-Maktab al-Islāmy, 1403) cet ke-2

Al-Bukhāry, Muḥammad bin Ismāʿīl, Ṣaḥīḥ al-Bukhāry (damaskus: dār ibnu kathīr,2002), cet ke-1

Al-Bukhāry, Muḥammad bin Ismāʿīl, Ṣaḥīḥ al-Bukhāry, taḥqīq Muḥammad Zuhair bin Nāṣir al-Nāṣir, (Beirut: Dār Ṭuq al- Najāḥ, 1422), cet ke-1

Al-Dāriny Abu Muḥammad Abdullah bin Abdirraḥman Al-tamīmi alsamarkandiy, Sunan Al-Dāriny, taḥqīq ḥusain sālim asad al-Dāriny (KSA: Dār al-mughniy li al-nashri wa al-tauzīʿ,2000). Cet ke-1

Al-Jazāiry, Abu bakar, Aisar al-Tafāsīr li kalāmi al-ʿAliyyi al-Kabīr (Madinah: Maktabah ʿulum wal ḥikam 1423 H)

Al-Mubārakfūri Ṣafiyyu al-Raḥmān, Misbāḥ al-Munīr fi Tahdhīb Tafsīr Ibnu Katsīr (Riyādh: Dār Al-Salām, 1421) cet. ke-2

Al-Nasāʿi, Aḥmad bin Shuʿaib, al-Sunan al-kubrā (Beirut: Muassasah al-Risālah,2001) cet ke-1

Al-Nasāʿi, Aḥmad bin Shuʿaib, al-Sunan al-Sughrā li al-NasāʿI (Ḥalab: Maktabah Al-Maṭbūʿah al-Islāmiyyah, 1986)

Al-Qurṭubiy, Muḥammad bin Aḥmad, Al-Jāmiʿ li Aḥkami al-Qur’ān (Beirut: Dār al-Fikr, 1995)

Al-Syaibāni Aḥmad bin Amr, al-Sunnah (Beirut: al-Maktabah al-Islāmiy, 1400) cet ke-1

Al-Tirmidhiy Abū ʿĪsa, Sunan Al-Tirmidhiy (Mesir: Sharikah Maktabah wa Maṭba’ah muṣṭafā al-bābiy al-halabiy,1975)

Al-Tirmidhiy Abū ʿĪsa, Sunan Al-Tirmidhiy (Beirūt: Dār al-ʿArabiy al-Islamiy, 1988)

Ibnu Mājah Muḥammad bin Yazīd al-Qazwainiy, Sunan Ibnu Mājah (Kairo: Dār Iḥyā al-Kutub al-ʿArabiyyah, tth)

Muslim bin Al-Hujjāj, Ṣaḥīḥ al-Muslim, Taḥqīq Muḥammad Fuād Abdul Bāqi (Beirūt: Dār Iḥyā al-Turāth al-ʿArabiy, 1424 H)