Inheritance Law in Minangkabau: A Comparative Study of the Application of Islamic and Customary Inheritance Law in Koto Tangah Subdistrict and Nanggalo Padang City (Hukum Waris di Minangkabau: Studi Komparatif Penerapan Hukum Waris Islam dan Adat di Kec. Koto Tangah dan Nanggalo Kota Padang)

Main Article Content

Rahmadanil Rahmadanil
Rifka Zuwanda

Abstract

Abstract: Inheritance, according to Minangkabau custom, is given to girls, not boys. In Islam, property inheritance is regulated by Far?i? fiqh, which gives to daughters, sons, spouses of heirs (husband or wife) and even the inheritor's parents. Property inherited from generation to generation in the Minangkabau community is called "pusaka tinggi” which means high heritage. In contrast, the legacy of the parents' livelihood is called "pusaka rendah” which means low inheritance. This article wants to answer about how the inheritance of the Minangkabau community in Koto Tangah Subdistrict and Nanggalo Padang City Subdistrict. The authors use a qualitative research model and an empirical juridical approach, with the data in this article obtained from interviews, observations and document studies. The result is that the distribution of the Minangkabau community's inheritance in Koto Tangah Subdistrict and Nanggalo Padang City Subdistrict is divided into two. "Pusaka tinggi" which is the people's property and cannot be traded, will always be inherited, controlled and owned from generation to generation from the traditional female line. While the "pusaka rendah" is individual property, the inheritance distribution follows the Heir religion; if Moslem, then Far?i? fiqh can be applied.


Keywords: Inheritance Law; High Heirloom; Low Inheritance; Minangkabau custom.


 


Abstrak: Harta peninggalan menurut adat masyarakat Minangkabau diberikan kepada anak perempuan bukan kepada anak laki-laki. Sedangkan dalam Islam, peninggalan harta diatur oleh ilmu Far?i? yang memberikan kepada anak perempuan, anak laki-laki, pasangan pewaris (suami atau istri) bahkan orang tua pewaris. Harta hasil warisan turun temurun di masyarakat Minangkabau disebut “pusaka tinggi” sedangkan peninggalan hasil pencaharian orang tua disebut “pusaka rendah”. Artikel ini ingin menjawab tentang bagaimana pembagian harta waris masyarakat Minangkabau di Kecamatan Koto Tangah dan Nanggalo Kota Padang. Penulis menggunakan model penelitian kualitatif dan pendekatan yuridis empiris, dengan data dalam artikel ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumen. Hasilnya, bahwa pembagian harta waris masyarakat Minangkabau di Kecamatan Koto Tangah dan Nanggalo Kota Padang dibedakan menjadi dua. “Pusaka tinggi’ yang merupakan harta Kaum dan tidak dapat diperjualbelikan akan selalu diwarisikan, dikuasai dan dimiliki secara turun temurun dari garis perempuan secara Adat. Sedangkan “pusaka rendah” yang notabennya harta individual, pembagian warisnya mengikuti agama Pewaris, jika Muslim maka ilmu Far?i? dapat diterapkan.


Kata Kunci: Hukum Waris; Pusaka Tinggi; Pusaka Rendah; Adat Minangkabau.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Rahmadanil, Rahmadanil, and Rifka Zuwanda. “Inheritance Law in Minangkabau: A Comparative Study of the Application of Islamic and Customary Inheritance Law in Koto Tangah Subdistrict and Nanggalo Padang City: (Hukum Waris Di Minangkabau: Studi Komparatif Penerapan Hukum Waris Islam Dan Adat Di Kec. Koto Tangah Dan Nanggalo Kota Padang)”. El-Qist: Journal of Islamic Economics and Business (JIEB) 11, no. 2 (November 3, 2021): 151–163. Accessed April 19, 2024. https://jurnalfebi.uinsby.ac.id/index.php/elqist/article/view/611.
Section
Articles

References

Adeb Davega Prasna, Pewarisan Harta di Minangkabau dalam Perspektif Kompilasi hukum Islam,Kordinat Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam, Vol 17, No 1.Tahun 2018

Ali amran, Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Melalui Lembaga Adat Di Minangkabau Sumatera Barat. Adhaper.Vol 3 no 2 Tahun 2017

. Arifullah Mohd., et. Al. ,Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi,(Jambi : Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016).

Cyndi Aoslavia,Perbandigan Hukum Waris Adat Minangkabau Sumatera Barat dan Hukum Perdata Barat, Mizan Jurnal Ilmu Hukum Vol.10, No 1. Juni 2021

Linda Firdawaty, achmad Moelyono. Hukum Kewarisan Adat Minangkabau Menurut Pemikiran Hazairin dan Amir Syarifuddin.Asas Jurnal Vol 10, No 1 Tahun 2018

Eric, Hubungan Antara Hukum Islam dan Hukum Adat dalam Pembagian Warisan di Dalam Masyarakat Minangkabau. Jurnal muara. Vol 3 No 1. April 2019

Ernawati Ernawati, Erwan Baharudin, Akulturasi Sistem Kewarisan: Penyelesaian Sengketa Pusaka Tinggi Di Minangkabau.Lex Jurnalica. Vol 14 Nio 3 Tahun 2017

Eti Siska, Pergeseran Hukum Waris di Minangkabau. Studi Kasus: Hukum Warisan Tanah Ulayat di Nagari Ladang Panjang Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat).Journal of Anthropologhical Research .Vol 1 No 2 tahun 2019

Ira Damayanti Putri, Dhea Amelisca and Sarfia Nengsih radinda. Pewarisan Menurut Hukum Waris Islam Terhadap Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau. Notaire: Vol. 2 No. 2, Juni 2019

Komari, Eksistensi Hukum Waris di Indonesia : antara Adat dan Syari’at, Asy- Syari’ah Vol.17, No.2. Agustus 2015.

Roby Yansyah dan Rahayu, ( 2018 ). Globalisasi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Trangender (LGBT): Perspektif HAM dan Agama dalam lingkup Hukum di Indonesia, Jurnal Law Reform, Volume 14 Nomor 1, hlm 132

Roni Yonnadi, Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Untuk Anak Laki-Laki Terhadap Harta Pencaharian Pada Masyarakat Hukum Adat Minangkabau Di Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman, (Tesis, Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2016), hal. 3

Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga,(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016), hal.205

Rozalin Irlia, Pembagian Harta Warisan dalam Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Medan area Kelurahan Tegal sari III Kota Medan, Tesis, (Fakultas Hukum USU, 2016

Sonny Dewi Judiasih ,, Elycia Feronia Salim,, Agitha Putri Andany Hidayat, , Cynthia Kurniawan`d , Rifny Meirizka , Firsty nandini. Status pewarisan transeksual dalam Perspektif Hukum Waris Adat Minangkabau.Jurnal Poros Hukum Padjadjaran. Volume 1, Nomor 2 Mei 2020

Sonny Dewi Judiasih, dkk, (2019).Sustainable Development Goals and Elimination of Children’s Marriage Practice in Indonesia,Jurnal Notariil, Volume 4 Nomor 1, hlm 61

Sonny Dewi Judiasih, dkk, (2019).Sustainable Development Goals: Upaya Penghapusan perkawinan Bawah Umur di Indonesia, Bandung: Cakra, hlm.86

Sri Warjiyati,( 2018 ). Eksistensi Hukum Adat Dalam Penyelesaian Konflik pada Daerah Otonom, Ahkam, Jurnal Hukum Islam , Volume 6 Nomor 2, hlm 390

Suyuthi Imam, Asbabun Nuzul, terj. Miftahul Huda, (Solo : Insan Kamil, 2018).

Tia Powell, ( 2016 ).Transgender Rights as Human Rights, AMA Journal of Ethics, Volume 18 Nomor 11, hlm 1129

Ulfa Chaerani Nuriz, Sukirno, Sri Wahyu Ananingsih. PENERAPAN HUKUM ADAT MINANG KABAU DALAM PEMBAGIAN WARISAN ATAS TANAH (Studi di : Suku Chaniago di Jorong Ketinggian Kenagarian Guguak VIII Koto, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Ibu Kota Sarilamak).Diponegoro Law Journal. Vol 6 No 1 .Tahun 2017

Hilang (mafqud) menurut Hukum Islam, Skripsi, (Fakultas Hukum Unpad, 2016).

Velly Fahazra Arza,dkk, (2017). Kewenangan Kerapatan Adat Nagari (KAN) Dalam Pnyelesaian Sengketa Tanah Ulayat di Nagari Koto Baru Kabupaten Solok Berdasarkan Perda Sumatera Barat No.6 Tahun 2008, Vol 6 No 2 hlm 2