Scriptural Reasoning: Peran Kitab Keagamaan dalam Pendidikan Agama Multikultural di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia

Abstract

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk melihat keberadaan Kitab keagamaan yang mampu menjadi landasan pendidikan agama multikultural bagi generasi muda. Peran kitab keagamaan dalam dialog lintas iman khususnya bagi generasi muda Kristen dan Islam, terwujud melalui Scriptural Reasoning (SR), yang menjadi kegiatan rutin Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Indonesia. SR mampu menjadi ruang interaksi lintas iman dengan menjadikan kitab keagamaan (Alkitab dan Al-Qur’an) sebagai landasan yang juga didukung dengan nilai-nilai dasar YIPC, 12 Nilai Perdamaian, serta dokumen A Common Word (ACW). Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, pertama, Kitab keagamaan mampu melegitimasi dialog. Kedua, Kitab keagamaan mampu membangun identitas bersama diantara generasi muda Kristen dan Islam. Artikel ini menjadi bagian dalam kajian  menggunakan metode kualitatif dengan menyajikan data secara deskriptif-analitis terkhususnya berkaitan dengan pendidikan agama multikultural yang dikembangkan oleh Hope S. Antone  guna menunjukkan peran kitab keagamaan dalam membangun solidaritas generasi muda lintas agama sebagai pembentuk identitas bersama serta sumber legitimasi dialog. Metode pendidikan agama multikultrual berbasis kitab keagamaan dalam bentuk SR ini, diharapkan mampu  menjadi tawaran dalam penerapan pendidikan agama di Indonesia guna menumbuhkan rasa saling menerima dan menghargai perbedaan.   This article is aimed at seeing the existence of religious Scriptures, that is able to be the basis of multicultural religious education for young people. The role of religious Scriptures in the interfaith dialogue especially for Christian and Muslim youngsters is embodied in Scriptural Reasoning (SR), a regular activity of Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Indonesia. SR is able to be a medium for interfaith interaction by making religious Scriptures (Holy Bible and Koran) the foundation that is also supported by YIPC principles, 12 Peace Values, and A Common Word (ACW) document. The results of this study show that, firstly: Religious Scriptures are able to legitimate the dialogue. Secondly: Religious Scriptures are able to build collective identity among Christian and Muslim youngsters. This article is a part of qualitative research that shows the data with descriptive analytics method, especially on multicultural religious education developed by Hope S. Antone in order to show the role of religious Scriptures in building solidarity of interfaith youngsters as the shaper of collective identity as well as the source of dialogue legitimacy. This Scriptures-based multicultural religious education in the form of SR is expected to be an offer in the application of religious education in Indonesia to foster mutual acceptance and tolerance.