Status Hukum Praktik Childfree Dalam Perspektif Ulama Syafi’iyah

Authors

  • Muhammad Khalidin Ma'had Aly MUDI Mesjid Raya Samalanga

DOI:

https://doi.org/10.61433/alnadhair.v2i1.29

Keywords:

Childfree, , Praktik Childfree, , Ulama Syafi’iyyah

Abstract

Anak merupakan dambaan setiap pasangan.  Pada anak terdapat harapan yang tinggi serta pemegang estafet perjuangan bagi agama dan bangsa. Namun, ketika lahir anak sebagai bencana dan dianggap dapat memberikan efek negatif bagi pasutri, masyarakat bahkan lingkungan, maka ini menjadi masalah serius. Padahal kehadiran mereka adalah pelestari peradaban di dunia ini. penolakan terhadap kehadiran anak inilah yang dikenal dan populer saat ini dengan istilah childfree . Beberapa saat yang lalu menjadi trending topic di medsos. Isu ini pertama kali mencuat dan ramai diperbincangkan ketika adanya tweetdi twitter yang mengutip sebuah berita tentang biaya yang harus ditanggung untuk membesarkan seorang anak yang nominalnya mencapai tiga milyar. Berdasarkan realita di atas timbullah tanda tanya apa saja langkah-langkah potensial yang ditempuh untuk melakukan childfree dalam perspektif fikih syāfi'iyyah dan bagaimanakah hukum praktik childfree menurut perspektif syāfi'iyyah. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah studi fikih telah merekam beberapa kasus padanan yang dicermati secara substansi semua kasus sama dengan pilihan dan praktik bebas anak yaitu seperti: sama sekali tidak menikah; menahan diri untuk tidak bersetubuh pasca pernikahan; 'azl atau mengeluarkan sperma di luar vagina; dan memutuskan sistem reproduksi. Status hukum terhadap langkah tersebut adalah pada langkah potensial yang pertama tidak ada kaitannya dengan childfree , kedua boleh tetapi meninggalkan keutamaan, ketiga ada khilaf pendapat. Menurut Imam al-Ghazali boleh karena hukum dasarnya 'azlboleh dengan catatan sesuai dengan motif yang melatarbelakanginya sesuai keterangan syariat. Sedangkan menurut Imam Nawawi hukumnya makruh tanzih . Adapun langkah potensial yang terakhir adalah larangan ulama haram kecuali dalam kondisi dharurat.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abu al-Fadhl al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Haml al-Asfâr, (Riyadh: Maktabah Thabariyah, 1995).

Abu Bakar Ustman bin Muhammad Syatha, I’anah al- Thalibin, Jld. 4, (Beirut: Dar al-Fikr, 2019).

Abu Daud Sulaiman Bin al-Asy’as Bin Ishaq, Sunan Abi Dawud, Jld 2, (Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyah, t.t).

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm al-Din, Jld. 2, (Singapura: al-Haramain).

Ahmad bin Ahmad bin Salamah al ‘Amirah, Hasyiyatan al-Qalyubi Wa ‘Amirah, Jld. 4, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2015).

Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, Jld. 9, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1958).

Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulugh Al-Maram Min Adillati al-Ahkam, Cet. 3, (Singapura: Haramain, 2011).

Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiah al-Bâjuri ‘alâ Ibn Qasim al-Ghazi, Jld. 2, (Semarang: Thaha Putra, t.t).

Imam Syams al-Din Muhammad Bin Ahmad al-Khatib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifah Ma’ani Alfaz al-Minhaj, jld 4, (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah t.t).

Jalal al-Din al-Sayuthi, al-Asyabah wa al-Nazhair, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1403 H).

Muhammad ‘Abd al-Rauf al-Manawi, Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, Jld 4, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah t.t).

Muhammad Bin ‘Ali Bin Wahb, Syarh al-Arba’in al-Nawawiyah Fi al-Ahadis al-Shahihah al-Nabawiyyah, Cet. 6, (Muassisah al-Rayyan, 2003).

Muhammad bin Ahmad bin Abi Sahl al-Sarkhasi, Al-Masbshût, Jld. 4, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1421 H/2000 M).

Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Zabidi, Ithâf al-Sâdah al-Muttaqîn bi Syarh Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn, Jld. 5, (Beirut: Muassasah al-Târîkh al-‘Arabi, 1994).

Muhyi al-Din Syaraf al-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, Jld. 10, Cet. 2, (Beirut: Dar Ihya` al-Turas, 1329 H).

Syekh Sulaiman bin Manshur al-Ujaili al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal ‘Ala al-Minhaj, Jld. 4, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2015).

Tim LTN PBNU, Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (Surabaya, Khalista, cet. 2, 2019).

Uwais Wafa Muhammad bin Ahmad bin Khalil bin Dawud al-Arzanjani, Minhâj al-Yaqîn ‘alâ Syarh Adâb al-Dunyâ wa al-Dîn, (Singapura: al-Haramain, 1910).

Zakaria bin muhammad bin Ahmad bin Zakaria Al-Anshari, Hasyiyah al-Jamal ’Ala al-Minhaj, Jld. 7, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2013).

Internet:

Nano Romadlon Auliya dan Akbar Muhammad Khatibul Umam, Childfree Pasca Pernikahan: Keadilan Hak-Hak Reproduksi Perempuan Perspektif Masdar Farid Mas’udi dan al-Ghazali, (al-Manhaj: Journal of Indonesian Islamic Family Law, 3 (2), 2021).

Zamzam Mustofa, dkk, Hukum Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Prespektif Agama Islam, (MA’ALIM: Jurnal Pendidikan Islam Volume 1, Nomor 2, Desember 2020).

https://Islam.nu.or.id/bahtsul-masail/dasar-hukum-kb-LCxME. diakses 15 Maret 2022.

https://www.tirto.id/mahalnya-biaya-membesarkan-anak-bofH, diakses 15 Maret 2022.

https://nu.or.id/risalah-redaksi/childfree-tren-populasi-dunia-dan-beragam-tantangannya-8tSrk, diakses 25 November 2021.

https://Islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-sterilisasi-kandungan. diakses 15 Maret 2022.

https://www.kumparan.com/channel/woman/sedang-ramai-di-twitter-ini-untung-rugi-childfree-menurut-ahli, diakses 15 Maret 2022.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/childfree, diakses 25 November 2021.

Downloads

Published

06/23/2023

How to Cite

Muhammad Khalidin. (2023). Status Hukum Praktik Childfree Dalam Perspektif Ulama Syafi’iyah. Jurnal Al-Nadhair, 2(1), 109–135. https://doi.org/10.61433/alnadhair.v2i1.29

Issue

Section

Artikel