Rekonstruksi Falsafah Bugis dalam Pembinaan Karakter: Kajian Naskah Paaseng Toriolo Tellumpoccoe

Abstract

Paaseng toriolo merupakan warisan dari raja-raja Bugis dan orang bijak, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (naskah Galigo dan Lontara) di wilayah Tellumpoccoe (Bone, Soppeng dan Wajo). Kajian ini bertujuan untuk mengembalikan unsur nilai budaya Bugis yang terangkum Pangadereng (Ade', Bicara, Rapang, Wari' dan Syara'), sekaligus menjadi motivasi terhadap nilai-nilai kehidupan yang terintegrasi dengan konsep “Siri” dan syari'at Islam. Kajian ini menggunakan analisis interpretatif atas fenomena yang bersifat historis, sosiologis, religius, dan kultural. Hasil penelitian menemukan adanya konsep-konsep dari raja-raja dan orang bijak yang dimulai penulisannya dalam naskah Galigo dan Lontara sekitar abad 16-17 M. Isinya antara lain: paaseng yang berkaitan dengan perantauan, perlunya menuntut ilmu, tatanan sosial, pedoman kewajiban bagi Raja dan aparatnya, kewajiban bagi Raja dengan negara dan rakyatnya, serta pedoman rakyat terhadap Raja dan sesamanya. Pelestarian untuk mengembalikan tatanan nilai budaya yang hampir punah — karena kurangnya peneliti yang mampu membaca naskah Bugis — dan rekonstruksi atas nilai-nilai tersebut merupakan langkah urgen untuk memandu perilaku generasi muda yang kini sebagiannya telah terperangkap dalam gulungan sistem modernitas.Kata Kunci: filsafat Bugis, manuskrip, globalisasi Paaseng toriolo is a legacy of Bugis kings/ sages both in oral and written form (Galigo and Lontara manuscript) in the Tellumpoccoe region (Bone, Soppeng and Wajo). This study aims to restore Bugis cultural values summarized as Pangadereng (Ade ', bicara, Rapang, Wari' and Syara'), as well as a motivation of life values that is integrated in the concept of Siri "and Shari'ah. This study used a qualitative analysis as the interpretation of the historical, sociological, religious and cultural phenomenon. The research found that the concept of kings and sages began writing in the Galigo and Lontara scripts around XVI-XVII AD century and its contains Paaseng related to the wandering, the importance of Science, social order, the guidelines for the King and officers, obligation of the King with the State and people as well as the guidance of the king, society, and environment. Effortsto restore the preservation of cultural values that are endangered due to a lack of applicants who are able to read the Bugis script so that the reconstruction is viewed very urgent to monitor the generation behavior that are mostly caught up with modern systems in Globalization era.Keywords: Bugis Philosophy, Manuscript, Character Development, Globalization