Dinamika Perjuangan Muslim di Palestina

Abstract

Upaya negara Palestina untuk mewujudkan kedaulatannya sebagai negara mendapat tantangan oleh arogansi Israel yang ingin menganeksasinya dengan dalih ’ajaran’ dan keyakinannya. Usaha optimal Israel mencaplok wilayah negara Israel dirancang dengan langkah yang rapi, yakni sejak munculnya protokol zionis hingga eksisnya negara Israel. Sejak itu, konflik yang diderita negara Palestina membuat negaranya makin miskin karena energinya tersedot untuk memperjuangkan kedaulatan, di tengah upaya yang harus dilakukan untuk membangun kesejahteraan warganya. Penderitaan Palestina kian nyata tatkala negara adi daya ikut campur di belakang Yahudi dengan zionisnya. PBB pun tak bernyali karena tak berdaya mengatasi selera Israel untuk mewujudkan obsesinya mengganyang negara Palestina yang berdaulat. Palestina dan Israel pun dijadikan dagangan politik oleh negara adi daya yang memiliki kepentingan tertentu. Angin segar menyongsong bagi Palestina dengan respeknya sebagian negara dunia yang memiliki iba karena didzalimi  Israel dapat dipotret dalam kaleidoskop. Pada Peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika sepakat bulat mendukung Deklarasi Palestina sekaligus mengusulkan negara itu anggota PBB. Pada 13 Mei 2015 Tahta Suci Vatikan mengumumkan pengakuan negara Palestina sejak PBB memberi pengakuan kepada Palestina sebagai negara peninjau. Pada 10 September 2015 Sidang Majelis Umum PBB secara mutlak menyetujui resolusi yang memperbolehkan Palestina dan Takhta Suci Vatikan mengibarkan bendera masing-masing di markas PBB. Pada 30 September 2015 bendera Palestina untuk pertama kali berkibar di markas PBB di New York. Pengibaran bendera Palestina di PBB setelah negara anggota Majelis Umum PBB mendukung Resolusi 9/320 berisi rencana pengibaran bendera negara-negara pemantau nonanggota di PBB, yakni Palestina. Pengibaran bendera merefleksikan komitmen otoritas Palestina untuk mengejar dan mewujudkan mimpi rakyatnya memiliki negara sendiri.