MUSLIM SALEH ATAU RADIKAL: Prospek Toleransi Agama di Indonesia Pasca 2-12

Abstract

Tulisan ini mendiskusikan tentang prospek toleransi beragama di Indonesia setelah peristiwa demonstrasi umat Islam pada tanggal 02 Desember 2016 (2 12), dengan sudut pandang pada peningkatan kesalehan atau radikalisme pemahaman. Berdasarkan tulisan ini, gerakan aksi bela Islam yang puncaknya terjadi pada tanggal 2 Desember 2016 di lapangan Monas itu adalah gejala kesalehan yang hybrid dengan kapitalisme, politik dan budaya populer. Aksi itu menjadi contoh sempurna perkawinan antara kapitalisme dan Islam sebab aksi itu dimanfaatkan sebagai wahana penting mempromosikan produk-produk tertentu seperti sebuah produsen busana Muslim terkenal yang sengaja mengirimkan pesan melalui SMS ke konsumen dengan menawarkan produk diskon sekian persen dengan brand “promo Aksi Bela Islam jilid III”. Ia juga berkelindan dengan politik sebab sebagaimana diberitakan di media mainstream, aksi itu telah dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk saluran atau alat menggulingkan kekuasaan pemerintahan sekarang